Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan Filosofis Pendidikan Ada tiga istilah
yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian landasan
pendidikan, yaitu istilah landasan istilah filosofis dan istilah pendidikan.
Di dalam Landasan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260) istilah landasan
diartikan Adapun istilah landasan
sebagai alas, dasar, atau tumpuan. dasar dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu
kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu
alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak
dari sesuatu hal;
Berdasarkan sifatatau suatu
fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. wujudnya terdapat dua jenis landasan,
yaitu landasan yang bersifat material, dan landasan yang bersifat konseptual.
Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat
terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat
konseptual antara lain berupa dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI
Tahun 1945; landasan pendidikan, dan sebagainya.
Landasan Dari contoh di atas
telah Anda ketahui bahwa landasan pendidikan tergolong ke dalam jenis landasan
yang bersifat konseptual. Selanjutnya, mari kita kaji lebih lanjut pengertian
landasan yang Landasan yang bersifat
konseptual pada bersifat
konseptual tersebut. dasarnya identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan,
kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang
dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau
dalam rangka bertindak (melakukan suatu praktek). Menurut Troy Wilson
Organ, “asumsi dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu: Premis tersembunyi Postulat Aksioma
LandasanAksioma adalah asumsi
yang diterimakebenarannya tanpa perlu pembuktian, atausuatu pernyataan yang
kebenarannya diterimasecara universal. Contoh: “dalam hidupnyamanusia tumbuh
dan berkembang”. Terhadappernyataan ini tidak akan ada orang yangmenyangkal
kebenarannya, sebab kebenarannyadapat diterima secara universal tanpa
perludibuktikan lagi.
LandasanPostulat yaitu asumsi
yang diterima kelompokorang tertentu atas dasar persetujuan.
Contoh:“Perkembangan individu ditentukan oleh faktorhereditas maupun oleh
faktor pengaruhlingkungannya (pengalaman)”. Asumsi inidisetujui/diterima benar
oleh kelompok orangtertentu, tetapi tentu saja ditolak oleh kelompokorang
lainnya yang menyetujui asumsi bahwaperkembangan individu sepenuhnya
ditentukanoleh faktor hereditas saja, atau oleh faktorpengaruh lingkungan saja.
LandasanPremis Tersembunyi
yaitu asumsi yang tidakdinyatakan secara tersurat yang diharapkan dipahamiatau
diterima secara umum. Premis tersembunyibiasanya merupakan premis mayor dan
premis minordalam silogisme yang tidak dinyatakan secaratersurat, dalam hal ini
pembaca atau pendengardiharapkan melengkapinya. Contoh: Armin perludididik
(dinyatakan). Dalam pernyataan ini terdapatpremis tersembunyi yang tidak
dinyatakan, yaitusemua manusia perlu dididik (premis mayor), danArmin adalah
manusia (premis minor). makakesimpulanya seperti pernyataan di atas adalahArmin
perlu dididik.
Filosofis , berasal dari
bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang artinya cinta dan
sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran. Secara maknawi
filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat
segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Untuk mencapai dan
menemukan kebenaran tersebut, masing-masing filosof memiliki karakteristik yang
berbeda antara yang satu dengan lainnya. Demikian pula kajian yang dijadikan
obyek telaahan akan berbeda selaras dengan cara pandang terhadap hakikat segala
sesuatu.
Manfaat filsafat
dalam kehidupan adalah : Sebagai dasar dalam mengambil dan Sebagai
dasar dalam bertindak. Untuk bersiap Untuk mengurangi salah paham dan
konflik. keputusan.
Filosofi—siaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. pendidikan
Ajaran filsafat Keilmuan
Beberapa ajaran filsafat yang telah
mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah: Materialisme, yang
berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran
ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua
variasi yaitu materialisme Idealisme
yang berpendapat dialektik
dan materialisme humanistis. bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang
sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif
dan idealisme Realisme. Aliran ini
berpendapat bahwa dunia batin/rohani objektif. Pragmatisme dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi. merupakan aliran
paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner
tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Pendidikan adalah usaha sadar
dan Pendidikan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Landasan Filosofis Pendidikan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis
pendidikan adalah asumsi-asumsi yang
bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Ada berbagai
aliran filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Pancasila, dsb.
Landasan Filosofis Pendidikan
Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaan dengan tujuan
filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian
yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan
menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu
ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005),
landasan filosofis bersumber dari pandangan- pandangan dalam filsafat
pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang
sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik
dijalankan.
Peranan Landasan
FilosofisPendidikan Memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnya
pendidikan dilaksanakan. Rambu- rambu tersebut bertolak pada kaidah metafisika,
epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana Landasan filosofis pendidikan—studi dalam filsafat
pendidikan. tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana ragamnya aliran filsafat.
Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme,
Pragmatisme, Pancasila, dsb.
Contoh: Penganut Realisme
antara lainberpendapat bahwa “pengetahuan yang benar diperoleh manusia melalui
pengalaman dria”.Implikasinya, penganut Realisme mengutamakanmetode mengajar
yang memberikan kesempatankepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan
melalui pengalaman langsung(misal: melalui observasi, praktikum, dsb.)
ataupengalaman tidak langsung (misal: melalui membaca laporan-laporan hasil
penelitian, dsb).
Selain tersajikan berdasarkan
aliran-alirannya,landasan filosofis pendidikan dapat pula disajikanberdasarkan
tema-tema tertentu. Misalnya dalamtema: “Manusia sebagai Animal Educandum”
(M.J.Langeveld, 1980), Man and Education” (Frost, Jr.,1957), dll. Demikian
pula, aliran-aliran pendidikanyang dipengaruhi oleh filsafat, telah menjadi
filsafatpendidikan dan atau menjadi teori pendidikantertentu. Ada beberapa
teori pendidikan yang sampaidewasa ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap
praktek pendidikan, misalnya aliran empirisme,naturalisme, nativisme.
BAB III
LANDASAN SOSIOLOGIS DALAM
PENDIDIKAN
Pengertian Landasan Sosiologis
Pendidikan
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya:
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya:
(1) paham
individualisme,
(2) paham kolektivisme,
(3) paham integralistik.
Paham
individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup
merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya
masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak
individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan individu
di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk
mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain
saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam
bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di
atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada
masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai
alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham integralistik;
masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara
organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
(1) kekeluargaaan dan gotong royong,
kebersamaan, musyawarah untuk mufakat,
(2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup
bermasyarakat,
(3) negara
melindungi warga negaranya,
(4) selaras serasi seimbang antara hak dan
kewajiban.
Oleh karena
itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang
perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1.
Hubungan system pendidikan
dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c. Fungsi system pendidikan dala memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c. Fungsi system pendidikan dala memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan
kemanusian di sekolah yang meliputi:
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.
3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak
4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
social lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.
3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak
4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
social lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
a. Konsep Dasar
Yang menjadi
dasar dari ilmu sosiologis adalah bahwa manusia selalu hidup dalam kelompok.
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu
dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimna susunan unit-unit masyarakat
atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain (Made
Pidarta, 2009).
Demikian
juga dalam pendidikan, selalu melibatkan manusia dalam hubungan kelompok. Hal
ini sejalan dengan pendapat Umar Tirtarahardja dan La Sulo (2005;95) bahwa
kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan
dua generasi yang memungkinkan generasi muda dapat mengembangkan diri. Adapun
bentuk-bentuk hubungan sosial dalam pendidikan meliputi :
(1). interaksi guru-siswa;
(2). dinamika kelompok di kelas dan di
organisasi intra sekolah;
(3). struktur dan fungsi sistem pendidikan dan
(4). sistem masyarakat dan
pengaruhnya terhadap pendidikan. (Wuradji dalam Made Pidarta, 2009)
Olehnya itu
penyelenggaraan pendidikan haruslah memasukkan unsur-unsur hubungan sosial
manusia sehingga baik dalam proses maupun hasilnya, pendidikan dapat
mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dan pergaulan peserta didik
sebagai objek dari pendidikan.
b. Isu
Implementasi
Seperti yang
telah disinggung didalam konsep dasarnya, bahwa penggunaan sosiologis sebagai
landasan pendidikan adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip hubungan sosial
didalam penyelanggaraan pendidikan. Hal ini sangatlah penting karena kesosialan
merupakan salah satu dimensi kemanusiaan yang dimiliki semua orang.
Kata kunci
dalam dimensi kesosialan manusia adalah komunikasi dan kebersamaan
(Prayitno;2009), namun dalam kenyataannya, model pembelajaran yang diterapkan
belumlah mengakomodir komunikasi dan kebersamaan secara optimal. model-model
pembelajaran yang banyak digunakan dalam pendidikan saat ini hanyalah model
pembelajaran didalam ruangan saja (kelas, laboratorium IPA laboratorium
komputer, perpustakaan dan sebagainya) tidak lebih dari itu. Sehingga kemudian
komunikasi dan kebersamaan yang terjadi hanyalah antara guru dengan murid dan
dengan sesama murid. Sedangkan masyarakat sebagai bagian inti dari dimensi
kesosialan seseorang belum mendapat porsi yang lebih untuk dajadikan objek dan
partner dalam pendidikan.
c. Analisis Solusi
Memasukkan nilai-nilai sosial dalam penyelenggaraan pendidikan adalah suatu keharusan,
karena dimensi kesosialan adalah salah satu dimensi yang dimiliki manusia.
Dalam pembelajaran dengan model konvensional selama ini memang sudah terdapat
nilai-nilai sosial, hanya belumlah optimal karena masyarakat belumlah atau
masih sangat jarang dilibatkan dalam model pembelajaran.
Untuk mentaktisi hal tersebut, pembelajaran dapat menggunakan model
experience learning yakni model pembelajaran yang menekankan prinsip
pengalaman dalam proses belajar. Metode seperti ini dapat dilaksanakan
dengan cara melibatkan peserta didik perlu dalam kegiataan-kegiatan
kemasyarakatan yang terkait dengan materi yang mereka telah dipelajari
disekolah, misalnya untuk materi Musyawarah untuk Mufakat dan Gotong Royong
dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, peserta didik
perlu dilibatkan dalam kegiatan musyawarah dan kegiatan kerja bakti yang
dilaksanakan oleh masyarakat disekitar sekolah tersebut.
Dengan cara yang demikian peserta didik dapat merasakan makna dari sebuah
hubungan sosial secara lebih riil karena selain memperoleh pemahaman secara
konseptual disekolah, juga telah melaksanakannya dalam bentuk praktek. Dan
untuk melaksanakan model pembelajaran seperti ini terlebih dahulu harus
terjalin hubungan yang baik antara pihak sekolah dan masyarakat di sekitar
sekolah.
Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu,
bahkan dua generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang
sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh
masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif.
Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka
lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat
yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya
menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus
dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya:
(1) paham individualisme,
(2) paham kolektivisme,
(3) paham integralistik.
Paham
individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup
merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya
masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak
individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan individu
di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk
mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain
saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam
bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di
atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada
masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah
sebagai alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham
integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu
sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.
Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1. Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c. Fungsi system pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi:
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.
3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak
4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.
Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai saran untuk memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat. Kajian sosiologi tentang pedidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, terutama apabila di tinjau dari sosiologi maka pendidikan
keluarga adalah sangat penting karena keluarga merupakan lembaga social yang pertamabagi setiap manusia. Pross sosialisasi akan dimulai dari keluarga. Perlu ditegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarga untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungannya sendiri. Meskipun pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas keluarga dalam mendidik anak, tetapi pengaruh keluarga tetap penting sebab keluarga merupakan lembaga social yang pertama dikenal oleh anak.dalam keluarga dapat ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perubahan fungsi keluarga, pola hubungan orang tua dan anak didala keluarga. Komposisi keanggotaan dalam keluarga, keberadaan orang tua (bapak/ibu) dalam keluarga, dan perbedaan kelas social keluarga diperkirakan tetap berpengaruhterhadap perkembangan anak (Mutyahardjo, dalam Tirtahardja,2005:96).
b. Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis Sistem pendidikan Nasional (Sikdiknas)
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antarsesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal diwilayah tertentu, adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat dpat merupakan satu kesatuan hidup dalam arti luas maupun dalam arti sempit, seperti masyarakat bangsa maupun kesatuan kelompok keakraban disuatu desa, dalam satu marga. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebig abstrak apabila di bandingkan dengna masyarakat dalam arti sempit. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri-ciri utama antara lain:
a. Ada interaksi antar warga-warganya
b. Pola tingkah laku warganya diatuf oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan
yang khas
c. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya
c. Implementasi Landasan Sosiologis
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan orde baru telah banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan. Berbagai upaya yang dilakukan, baik melalui jalur sekolah ( seperti mata pelajaran PKn, pendidikan sejarah, dll) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4, Pemasyarakaatn P4 non penaratan dll) telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang okoh, berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian yag semestinya dengan antara lain memasukkannya muatan local di dalam kurikulum sekolah. Muatan local yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka Indonesia. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan lingkungan.
Memasukkan nilai-nilai sosial
dalam penyelenggaraan pendidikan adalah suatu keharusan, karena dimensi
kesosialan adalah salah satu dimensi yang dimiliki manusia. Dalam pembelajaran
dengan model konvensional selama ini memang sudah terdapat nilai-nilai sosial,
hanya belumlah optimal karena masyarakat belumlah atau masih sangat jarang
dilibatkan dalam model pembelajaran.
Untuk mentaktisi hal tersebut,
pembelajaran dapat menggunakan model experience learning yakni model pembelajaran
yang menekankan prinsip pengalaman dalam proses belajar. Metode seperti
ini dapat dilaksanakan dengan cara melibatkan peserta didik perlu dalam
kegiataan-kegiatan kemasyarakatan yang terkait dengan materi yang mereka telah
dipelajari disekolah, misalnya untuk materi Musyawarah untuk Mufakat dan Gotong
Royong dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, peserta
didik perlu dilibatkan dalam kegiatan musyawarah dan kegiatan kerja bakti yang
dilaksanakan oleh masyarakat disekitar sekolah tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar