blogmakmur zakaria

Kamis, 05 Juni 2014

LANDASAN FILOSOFIS DALAM PENDIDIKAN




 Landasan Filosofis Pendidikan
Landasan Filosofis Pendidikan Ada tiga istilah yang terlebih dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian landasan pendidikan, yaitu istilah landasan istilah filosofis dan istilah pendidikan.

Di dalam Landasan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260) istilah landasan diartikan  Adapun istilah landasan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. dasar dikenal pula sebagai fundasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal;
Berdasarkan sifatatau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal. wujudnya terdapat dua jenis landasan, yaitu landasan yang bersifat material, dan landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang dan fundasi bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan pendidikan, dan sebagainya.
Landasan Dari contoh di atas telah Anda ketahui bahwa landasan pendidikan tergolong ke dalam jenis landasan yang bersifat konseptual. Selanjutnya, mari kita kaji lebih lanjut pengertian landasan yang  Landasan yang bersifat konseptual pada bersifat konseptual tersebut. dasarnya identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak (melakukan suatu praktek). Menurut Troy  Wilson Organ, “asumsi dapat dibedakan dalam tiga macam, yaitu:  Premis tersembunyi  Postulat Aksioma
LandasanAksioma adalah asumsi yang diterimakebenarannya tanpa perlu pembuktian, atausuatu pernyataan yang kebenarannya diterimasecara universal. Contoh: “dalam hidupnyamanusia tumbuh dan berkembang”. Terhadappernyataan ini tidak akan ada orang yangmenyangkal kebenarannya, sebab kebenarannyadapat diterima secara universal tanpa perludibuktikan lagi.
LandasanPostulat yaitu asumsi yang diterima kelompokorang tertentu atas dasar persetujuan. Contoh:“Perkembangan individu ditentukan oleh faktorhereditas maupun oleh faktor pengaruhlingkungannya (pengalaman)”. Asumsi inidisetujui/diterima benar oleh kelompok orangtertentu, tetapi tentu saja ditolak oleh kelompokorang lainnya yang menyetujui asumsi bahwaperkembangan individu sepenuhnya ditentukanoleh faktor hereditas saja, atau oleh faktorpengaruh lingkungan saja.
LandasanPremis Tersembunyi yaitu asumsi yang tidakdinyatakan secara tersurat yang diharapkan dipahamiatau diterima secara umum. Premis tersembunyibiasanya merupakan premis mayor dan premis minordalam silogisme yang tidak dinyatakan secaratersurat, dalam hal ini pembaca atau pendengardiharapkan melengkapinya. Contoh: Armin perludididik (dinyatakan). Dalam pernyataan ini terdapatpremis tersembunyi yang tidak dinyatakan, yaitusemua manusia perlu dididik (premis mayor), danArmin adalah manusia (premis minor). makakesimpulanya seperti pernyataan di atas adalahArmin perlu dididik.
Filosofis , berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas suku kata philein/philos yang artinya cinta dan sophos/Sophia yang artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran. Secara maknawi filsafat dimaknai sebagai suatu pengetahuan yang mencoba untuk memahami hakikat segala sesuatu untuk mencapai kebenaran atau kebijaksanaan. Untuk mencapai dan menemukan kebenaran tersebut, masing-masing filosof memiliki karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan lainnya. Demikian pula kajian yang dijadikan obyek telaahan akan berbeda selaras dengan cara pandang terhadap hakikat segala sesuatu.
Manfaat  filsafat dalam kehidupan  adalah :  Sebagai dasar dalam mengambil dan  Sebagai dasar dalam bertindak.  Untuk bersiap  Untuk mengurangi salah paham dan konflik.  keputusan.  Filosofisiaga menghadapi situasi dunia yang selalu berubah. pendidikan
Ajaran filsafat Keilmuan Beberapa ajaran filsafat  yang telah mengisi dan tersimpan dalam khasanah ilmu adalah: Materialisme, yang berpendapat bahwa kenyatan yang sebenarnya adalah alam semesta badaniah. Aliran ini tidak mengakui adanya kenyataan spiritual. Aliran materialisme memiliki dua variasi yaitu materialisme  Idealisme yang berpendapat dialektik dan materialisme humanistis. bahwa hakikat kenyataan dunia adalah ide yang sifatnya rohani atau intelegesi. Variasi aliran ini adalah idealisme subjektif dan idealisme  Realisme. Aliran ini berpendapat bahwa dunia batin/rohani objektif.  Pragmatisme dan dunia materi murupakan hakitat yang asli dan abadi. merupakan aliran paham dalam filsafat yang tidak bersikap mutlak (absolut) tidak doktriner tetapi relatif tergantung kepada kemampuan minusia.
Pendidikan adalah usaha sadar dan Pendidikan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Landasan Filosofis Pendidikan Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan  adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam pendidikan. Ada berbagai aliran filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Pancasila, dsb.
Landasan Filosofis Pendidikan Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti berkenaan dengan tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai sebuah ilmu. Oleh karena itu, kajian yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Menurut Tirtarahardja dan La Sulo (2005), landasan filosofis bersumber dari pandangan- pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.
Peranan Landasan FilosofisPendidikan Memberikan rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Rambu- rambu tersebut bertolak pada kaidah metafisika, epistemology dan aksiologi pendidikan sebagaimana  Landasan filosofis pendidikanstudi dalam filsafat pendidikan. tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana ragamnya aliran filsafat. Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Pancasila, dsb.
Contoh: Penganut Realisme antara lainberpendapat bahwa “pengetahuan yang benar diperoleh manusia melalui pengalaman dria”.Implikasinya, penganut Realisme mengutamakanmetode mengajar yang memberikan kesempatankepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui pengalaman langsung(misal: melalui observasi, praktikum, dsb.) ataupengalaman tidak langsung (misal: melalui membaca laporan-laporan hasil penelitian, dsb).
Selain tersajikan berdasarkan aliran-alirannya,landasan filosofis pendidikan dapat pula disajikanberdasarkan tema-tema tertentu. Misalnya dalamtema: “Manusia sebagai Animal Educandum” (M.J.Langeveld, 1980), Man and Education” (Frost, Jr.,1957), dll. Demikian pula, aliran-aliran pendidikanyang dipengaruhi oleh filsafat, telah menjadi filsafatpendidikan dan atau menjadi teori pendidikantertentu. Ada beberapa teori pendidikan yang sampaidewasa ini mempunyai pengaruh yang kuat terhadap praktek pendidikan, misalnya aliran empirisme,naturalisme, nativisme.
 
BAB III
LANDASAN SOSIOLOGIS DALAM PENDIDIKAN

Pengertian Landasan Sosiologis Pendidikan
             Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.
            Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya:
 (1) paham individualisme,
 (2) paham kolektivisme,
 (3) paham integralistik.
Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham
 integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat:
 (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat,
 (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat,
(3) negara melindungi warga negaranya,
 (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban.
Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan juga kualitas struktur masyarakatnya.

              Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:
1.      Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
a.
Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
c. Fungsi system pendidikan dala memelihara dan mendorong proses social dan perubahan kebudayaan
d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau kelompok-kelompok dalam masyarakat.
2. Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi:
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.

3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak

4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok
social lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.



a.       Konsep Dasar
Yang menjadi dasar dari ilmu sosiologis adalah bahwa manusia selalu hidup dalam kelompok. sosiologi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimna susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain (Made Pidarta, 2009).
Demikian juga dalam pendidikan, selalu melibatkan manusia dalam hubungan kelompok. Hal ini sejalan dengan pendapat Umar Tirtarahardja dan La Sulo (2005;95) bahwa kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi yang memungkinkan generasi muda dapat mengembangkan diri. Adapun bentuk-bentuk hubungan sosial dalam pendidikan meliputi :
 (1). interaksi guru-siswa;
 (2). dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah;
 (3). struktur dan fungsi sistem pendidikan dan
(4). sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. (Wuradji dalam Made Pidarta, 2009)
Olehnya itu penyelenggaraan pendidikan haruslah memasukkan unsur-unsur hubungan sosial manusia sehingga baik dalam proses maupun hasilnya, pendidikan dapat mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dan pergaulan peserta didik sebagai objek dari pendidikan.

b.      Isu Implementasi
Seperti yang telah disinggung didalam konsep dasarnya, bahwa penggunaan sosiologis sebagai landasan pendidikan adalah untuk menerapkan prinsip-prinsip hubungan sosial didalam penyelanggaraan pendidikan. Hal ini sangatlah penting karena kesosialan merupakan salah satu dimensi kemanusiaan yang dimiliki semua orang.
Kata kunci dalam dimensi kesosialan manusia adalah komunikasi dan kebersamaan (Prayitno;2009), namun dalam kenyataannya, model pembelajaran yang diterapkan belumlah mengakomodir komunikasi dan kebersamaan secara optimal. model-model pembelajaran yang banyak digunakan dalam pendidikan saat ini hanyalah model pembelajaran didalam ruangan saja (kelas, laboratorium IPA laboratorium komputer, perpustakaan dan sebagainya) tidak lebih dari itu. Sehingga kemudian komunikasi dan kebersamaan yang terjadi hanyalah antara guru dengan murid dan dengan sesama murid. Sedangkan masyarakat sebagai bagian inti dari dimensi kesosialan seseorang belum mendapat porsi yang lebih untuk dajadikan objek dan partner dalam pendidikan.

c.       Analisis Solusi
                  Memasukkan  nilai-nilai sosial dalam penyelenggaraan pendidikan adalah suatu keharusan, karena dimensi kesosialan adalah salah satu dimensi yang dimiliki manusia. Dalam pembelajaran dengan model konvensional selama ini memang sudah terdapat nilai-nilai sosial, hanya belumlah optimal karena masyarakat belumlah atau masih sangat jarang dilibatkan dalam model pembelajaran.
            Untuk mentaktisi hal tersebut, pembelajaran dapat menggunakan model experience learning yakni model pembelajaran yang menekankan prinsip pengalaman  dalam proses belajar. Metode seperti ini dapat dilaksanakan dengan cara melibatkan peserta didik perlu dalam kegiataan-kegiatan kemasyarakatan yang terkait dengan materi yang mereka telah dipelajari disekolah, misalnya untuk materi Musyawarah untuk Mufakat dan Gotong Royong dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, peserta didik perlu dilibatkan dalam kegiatan musyawarah dan kegiatan kerja bakti yang dilaksanakan oleh masyarakat disekitar sekolah tersebut.
      Dengan cara yang demikian peserta didik dapat merasakan makna dari sebuah hubungan sosial secara lebih riil karena selain memperoleh pemahaman secara konseptual disekolah, juga telah melaksanakannya dalam bentuk praktek. Dan untuk melaksanakan model pembelajaran seperti ini terlebih dahulu harus terjalin hubungan yang baik antara pihak sekolah dan masyarakat di sekitar sekolah.
             Kegiatan pendidikan merupakan suatu proses interaksi antara dua individu, bahkan dua generasi muda memperkembangkan diri. Kegiatan pendidikan yang sistematis terjadi di lembaga sekolah yang dengan sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan tersebut, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.Untuk terciptanya kehidupan bermasyarakat yang rukun dan damai, terciptalah nilai-nilai sosial yang dalam perkembangannya menjadi norma-norma sosial yang mengikat kehidupan bermasyarakat dan harus dipatuhi oleh masing-masing anggota masyarakat.

            Dalam kehidupan bermasyarakat dibedakan tiga macam norma yang dianut oleh pengikutnya:
(1) paham individualisme,
 (2) paham kolektivisme,
(3) paham integralistik.

Paham individualisme dilandasi teori bahwa manusia itu lahir merdeka dan hidup merdeka. Masing-masing boleh berbuat apa saja menurut keinginannya masing-masing, asalkan tidak mengganggu keamanan orang lain. Dampak individualisme menimbulkan cara pandang lebih mengutamakan kepentingan individu di atas kepentingan masyarakat. Dalam masyarakat seperti ini, usaha untuk mencapai pengembangan diri, antara anggota masyarakat satu dengan yang lain saling berkompetisi sehingga menimbulkan dampak yang kuat selalu menang dalam bersaing dengan yang kuat sajalah yang dapat eksis. Berhadapan dengan paham di atas adalah paham kolektivisme yang memberikan kedudukan yang berlebihan kepada masyarakat dan kedudukan anggota masyarakat secara perseorangan hanyalah sebagai alat bagi masyarakatnya. dalam masyarakat yang menganut paham integralistik; masing-masing anggota masyarakat saling berhubungan erat satu sama lain secara organis merupakan masyarakat.
Landasan sosiologis pendidikan di Indonesia menganut paham
 integralistik yang bersumber dari norma kehidupan masyarakat: (1) kekeluargaaan dan gotong royong, kebersamaan, musyawarah untuk mufakat, (2) kesejahteraan bersama menjadi tujuan hidup bermasyarakat, (3) negara melindungi warga negaranya, dan (4) selaras serasi seimbang antara hak dan kewajiban. Oleh karena itu, pendidikan di Indonesia tidak hanya meningkatkan kualitas manusia orang perorang melainkan  juga kualitas struktur masyarakatnya.

              Dalam sistem pendidikan. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang, yaitu:

1. Hubungan system pendidikan dengan aspek masyarakat lain, yang mempelajari:
    a. Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
    b. Hubungansistem pendidikan dan proses control social dan system kekuasaan.
    c. Fungsi system pendidikan dalam memelihara dan mendorong proses sosial dan perubahan       kebudayaan
    d. Hubungan pendidikan dengan kelas social atau system status
    e. Fungsionalisme system pendidika formal dalam hubungannya dengan ras, kebudayaan, atau
kelompok-kelompok dalam masyarakat.

2. Hubungan kemanusian di sekolah yang meliputi:
a. Sifat kebudayaan sekolah khususnya yang berbeda dengan kebudayaan di luar sekolah
b. Pola interaksi social atau sruktur masyarakat sekolah.

3. pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya, yang mempelajari:
a. Peranan social guru
b. Sifat kepribadian guru
c. Pengaruh kepribadian guru terhadap tingkah laku siswa
d. Fungsi sekolah dalam sosialisasi anak-anak

4. sekolah dalam komunitas yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok so
sial lain didalam komunitasnya, yang meliputi:
a. Pelukisan tentang komunitas seperti tampak dalam pengaruhnya terhadap organisasi sekolah
b. Analisis tentang proses pendidikan seperti tampak terjadi pada system social komunitas kaum
tidak terpelajar
c. Hubungan antara sekolah dan komunitas dalam fungsi kependidikannya
d. Factor-faktor demografi dan ekologi dalam hubungannya dengan organisasi sekolah.

                 Keempat bidang yang dipelajari tersebut sangat esensial sebagai saran untuk memahami system pendidikan dalam kaitannya dengan keseluruhan hidup masyarakat. Kajian sosiologi tentang pedidikan pada prinsipnya mencakup semua jalur pendidikan, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah, terutama apabila di tinjau dari sosiologi maka pendidikan
keluarga adalah sangat penting karena keluarga merupakan lembaga social yang pertamabagi setiap manusia. Pross sosialisasi akan dimulai dari keluarga. Perlu ditegaskan bahwa pemerintah mengakui kemandirian keluarga untuk melaksanakan upaya pendidikan dalam lingkungannya sendiri. Meskipun pendidikan formal telah mengambil sebagian tugas keluarga dalam mendidik anak, tetapi pengaruh keluarga tetap penting sebab keluarga merupakan lembaga social yang pertama dikenal oleh anak.dalam keluarga dapat ditanamkan nilai dan sikap yang dapat mempengaruhi perkembangan anak selanjutnya. Perubahan fungsi keluarga, pola hubungan orang tua dan anak didala keluarga. Komposisi keanggotaan dalam keluarga, keberadaan orang tua (bapak/ibu) dalam keluarga, dan perbedaan kelas social keluarga diperkirakan tetap berpengaruhterhadap perkembangan anak (Mutyahardjo, dalam Tirtahardja,2005:96).
b. Masyarakat Indonesia sebagai landasan sosiologis Sistem pendidikan Nasional (Sikdiknas)
Masyarakat mencakup sekelompok orang yang berinteraksi antarsesamanya, saling tergantung dan terikat oleh nilai dan norma yang dipatuhi bersama, serta pada umumnya bertempat tinggal diwilayah tertentu, adakalanya mereka mempunyai hubungan darah atau memiliki kepentingan bersama. Masyarakat dpat merupakan satu kesatuan hidup dalam arti luas maupun dalam arti sempit, seperti masyarakat bangsa maupun kesatuan kelompok keakraban disuatu desa, dalam satu marga. Masyarakat dalam arti luas pada umumnya lebig abstrak apabila di bandingkan dengna masyarakat dalam arti sempit. Masyarakat sebagai kesatuan hidup memiliki ciri-ciri utama antara lain:
a. Ada interaksi antar warga-warganya
b. Pola tingkah laku warganya diatuf oleh adat istiadat, norma-norma hukum dan aturan-aturan
yang khas
c. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya

c.
Implementasi Landasan Sosiologis
Masyarakat Indonesia setelah kemerdekaan, utamanya pada zaman pemerintahan orde baru telah banyak perubahan. Sebagai masyarakat majemuk, maka komunitas dengan ciri-ciri unik baik secara horizontal maupun vertical masih dapat ditemukan. Demikian pula halnya dengan sifat-sifat dasar dari zaman penjajahan belum terhapus seluruhnya. Namun dengan niat politik yang kuat menjadi suatu masyarakat bangsa Indonesia serta dengan kemajuan dalam berbagai bidang pembangunan. Berbagai upaya yang dilakukan, baik melalui jalur sekolah ( seperti mata pelajaran PKn, pendidikan sejarah, dll) maupun jalur pendidikan luar sekolah (penataran, P4, Pemasyarakaatn P4 non penaratan dll) telah mulai menumbuhkan benih-benih persatuan dan kesatuan yang okoh, berbagai upaya tersebut dilaksanakan dengan tidak mengabaikan kenyataan tentang kemajemukan masyarakat Indonesia. Hal terakhir tersebut kini makin mendapat perhatian yag semestinya dengan antara lain memasukkannya muatan local di dalam kurikulum sekolah. Muatan local yang didasarkan pada kebhinekaan masyaraka Indonesia. Dengan demikian akan dapat diwujudkan manusia Indonesia dengan wawasan nusantara dan berjiwa nasional akan tetapi memahami dan menyatu dengan lingkungan.
Memasukkan nilai-nilai sosial dalam penyelenggaraan pendidikan adalah suatu keharusan, karena dimensi kesosialan adalah salah satu dimensi yang dimiliki manusia. Dalam pembelajaran dengan model konvensional selama ini memang sudah terdapat nilai-nilai sosial, hanya belumlah optimal karena masyarakat belumlah atau masih sangat jarang dilibatkan dalam model pembelajaran.
Untuk mentaktisi hal tersebut, pembelajaran dapat menggunakan model experience learning yakni model pembelajaran yang menekankan prinsip pengalaman  dalam proses belajar. Metode seperti ini dapat dilaksanakan dengan cara melibatkan peserta didik perlu dalam kegiataan-kegiatan kemasyarakatan yang terkait dengan materi yang mereka telah dipelajari disekolah, misalnya untuk materi Musyawarah untuk Mufakat dan Gotong Royong dalam mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, peserta didik perlu dilibatkan dalam kegiatan musyawarah dan kegiatan kerja bakti yang dilaksanakan oleh masyarakat disekitar sekolah tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar